blonto

12 Februari 2008

Rintihan Putri Indonesia

“Tante…Dina berangkat dulu yah”, pamit Dina kepada tantenya. Begitulah Dina, yang memiliki nama lengkap Andina Agustina mengawali aktifitasnya di pagi hari ini. Jam menunjukkan pukul 6 tepat saat Andina meninggalkan rumah tantenya tempat dimana dia menumpang hidup.
Andina Agustina, gadis keturunan tanah rencong, berusia 18 tahun adalah seorang finalis Pemilihan Putri Indonesia 2004.

Gadis cantik jelita yang selalu mengenakan jilbab ini penampilannya tidaklah kalah dengan gadis-gadis lainnya, terbukti dalam kontes itu dia terpilih sebagai juara favorit. Baju-baju muslimah yang dikenakan Andina selalu modis, dengan mengambil ukuran baju yang body fit atau ketat sehingga menonjolkan keindahan lekuk-lekuk tubuh Andinda, dada yang menonjol pinggulnya yang ramping serta pantatnya yang padat menambah nilai tersendiri bagi keindahan tubuh gadis ini.
Wajahnya yang putih bersih selalu dipoles dengan kosmetik sehingga nampak semakin cantik apalagi ditambah dengan senyuman yang selalu tersungging ramah dari bibirnya yang sensual itu, Andina bukan saja seorang gadis yang cantik tetapi juga ramah.
Hari ini Andina memenuhi tawaran Frans, seorang photografer, yang kemarin menghubunginya untuk pemotretan model sebuah baju muslimah karya seseorang perancang busana. Sebetulnya Andina agak malas untuk memenuhi panggilan itu karena dia masih memiliki kegiatan lainnya yang setumpuk. Namun kebetulan jadwal pemotretan yang ditawarkan itu adalah pagi hari maka setelah dipikir-pikir tidak ada salahnya untuk memenuhi panggilan sang photografer itu, thoh juga itung-itung untuk menambah pengalaman dan pergaulan pikirnya.
Singkat cerita, sampailah sang putri ini ditempat pemotretan yaitu sebuah rumah besar yang terletak disebuah kawasan antara Jakarta dan Bogor. Areal disekitar rumah itu agak sepi dan jauh dari keramaian, mungkin sebagai seseorang yang berjiwa seni Frans memerlukan tempat tinggal yang tenang seperti ini pikir Andina.
Setelah memarkirkan mobil sedannya Andina memasuki halaman rumah tersebut, tak lama kemudian keluarlah sosok lelaki bertubuh tinggi besar, kepalanya plontos wajahnya dengan wajah khas orang chinesse.
“Ah ini dia Putri Indonesia yang pertama kali berjilbab, selamat datang….”, sambut lelaki itu.
Dengan senyum ramah dia kemudian memperkenalkan dirinya “Perkenalkan saya Frans alias Aliong, kamu boleh panggil saya Frans atau Aliong…”, ujar lelaki itu dengan tersenyum.
“Saya Andina….”, balas Andina sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
“Oouuhh…cantik nian kamu Andina…tanganmupun mulus sekali”, ujar Frans sambil menyambut uluran tangan Andina.
Dan…“CUP….” sebuah kecupan bibir Frans tiba-tiba mendarat dipunggung tangan Andina, membuat Andina agak terkejut karena baru kali ini diperlakukan bak seorang putri dari daratan eropah.
“Mari silahkan masuk” Frans mempersilahkan Andina memasuki rumah sang fotographer itu. Sesampainya didalam Andina tertegun melihat suasanya didalam rumah itu, ruangannya besar-besar namun gelap dan sepi, seperti rumah yang tidak berpenghuni. “Pemotretannya dimana mas…”, Tanya Andina.
“Mari kita kedalam…”, ajak Frans mempersilahkan Andina berjalan melalui lorong-lorong gelap didalam rumah tersebut.
“Gimana tawaran pembayarannya ?”, Tanya Frans sambil berjalan memandu Andina.
“ Masih 500.0000 rupiah pershot kan ?”, balas Andina.
“Iya…iya…kamu akan saya ambil 5 shot aja koq dan masih ada tip-nya, jadi jumlah yang akan kamu terima nanti akan lebih banyak dari jumlah yang kamu perhitungkan”, jawab Frans sambil tersenyum melirik Andina.
Dan tibalah mereka disebuah ruangan dibagian belakang rumah tersebut, ruangan tersebut nampaknya sudah di set-up untuk pemotretan. Ukurannya tidak terlalu luas hanya sebesar 10 x 10 meter dan terdapat sebuah sofa besar untuk sarana pemotretan dan sebuah bilik untuk berganti baju.
“Ini dia studio pemotretannya, silahkan masuk Andina”.
“Terimakasih mas… Tapi pemotretannya jangan lama-lama yah mas soalnya aku mau ada interview dengan majalah Femina”, ujar Andina.
“Beres…semua udah diatur”, balas Frans.
” Nah, Andina ini baju yang musti kamu kenakan untuk pemotretan ini”, ujar Frans sambil menyodorkan sebuah gaun muslimah panjang.
“Bajunya cuman ini aja mas dan saya ngga perlu di make-up lagi mas ?” Tanya Andina.
“Nda perlu…wajah kamu udah cantik koq, nda perlu make-up lagi, baju untuk pemotretan ya cuma itu aja” ujar Frans.
“Sekarang kamu silahkan ganti baju diruangan itu” Frans menunjuk satu bilik kecil didalam ruangan itu.
Beberapa menit kemudian Andina keluar dengan busana panjang muslimah berwarna merah tua dipadukan dengan jilbab merah muda. Bahannya terbuat dari sutera tipis dan ukurannya ketat menjadikan tubuh Andinapun terlihat sexy.
“Waw cantik sekali….”, Frans terpesona dengan kemolekan tubuh Andina.
“Duduk di sofa itu”, perintah Frans sambil menutup pintu kamar pemotretan itu.
“Koq sendirian aja sih mas ?”, Tanya Andina
Frans hanya diam saja, dia nampak sibuk menyetel kameranya
“Ok mulai berpose….”,
Dan kilatan-kilatan blits mulai memancar didalam ruang itu mengiringi pemotretan Frans, Andina pun berganti-ganti gaya diatas sofa itu. Tidak ada setengah jam, pemotretanpun usai.
“Selasai…!” Frans mengacungkan jempolnya.
“Hihihi…engga terasa udah selesai ya mas….”, ucap Andina sambil bangkit dari sofa.
“Tunggu dulu, jangan bergerak dari sofa”, ujar Frans
Wajah Frans tiba-tiba berubah menjadi serius, digantinya kamera yang menggantung di treeport dengan sebuah handycam.
Kemudian Frans bersiul beberapa kali seperti memberi tanda sesuatu.
“Lho…ada apa lagi mas…? Koq masang handycam segala ?” Tanya Andina yang mulai kebingungan.
“Masih ada satu lagi yang ingin gue ambil dari kamu”, kata Frans.
Andinapun terkejut sambil bertanya “Apa mas…?”.
“Sebuah adegan….yang bakal membuat kamu lebih terkenal daripada sekedar putri-putri-an”, balas Frans sambil memasukkan film didalam hadycamnya.
Belum lagi hilang rasa bingung didalam diri Andina tiba-tiba masuklah beberapa orang lelaki kedalam ruangan itu.
“Ah ini dia, jagoan-jagoan kita…” ujar Frans sambil tersenyum.
“Andina, perkenalkan ini lawan main kamu didalam adegan nanti. Yang tinggi besar berambut botak ini namanya Ayung, yang kurus dan berambut gondrong ini namanya Paulus dan yang berbadan tegap dan kekar ini namanya Martinus”.
“Siapa mereka ? mau apa mereka ? mas mau adegan apa lagi ?” Tanya Andina yang mulai gugup melihat suasana yang tidak menguntungkan itu.
“Andina, gue sebenarnya mau bikin Blue Film alian BF alias Bokep dan kamu adalah pemeran utamanya !”, Frans menjelaskan.
Sontak penjelasan Frans ini membuat diri Andina bagai tersambar petir, dia mulai sadar bahwa dirinya telah dijebak oleh Frans.
“Tenang…tenang kamu tetap akan kami bayar Andina, tapi setelah film ini laku…” lanjut Frans.
“Themanya tergantung dari kamu…kalo kamu rela bersedia disyuting kita bisa pilih tema perselingkuhan saja, sepeti antara bos dan karyawannya. Tetapi…kalo kamu menolak syuting ini, yaaah…terpaksa mau tidak mau thema yang aku pilih adalah PEMERKOSAAN…hahahaha….”.
Wajah Andina nampak menjadi pucat pasi, hatinya menjadi ciut, aliran darahnya serasa berhenti mendengar penjelasan Frans tadi.
“Tidak…tidak…aku tidak sudi….!!”, teriak Andina sambil bangkit dari sofa seraya berlari menuju pintu untuk meninggalkan ruangan itu.
Namun belum lagi tangan Andina menyentuh handle pintu tiba-tiba sebuah tangan kekar dan besar milik Martinus dengan cekatan memegang tangan Andina.
“Ahh..lepaskan…lepaskan aku…kalian bajingan setan semua !!!”, Andina menjerit-jerit sambil berontak mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Martinus.
“AHA…jelaslas sudah berarti thema film kita adalah PEMERKOSAAN !”, teriak Frans sambil menghidupkan handycamnya.
“Kita langsung mulai saja pengambilan gambarnya…”.
“Action….mulai !!!!”, perintah Frans sambil menghidupkan kameranya dan mengarahkan ke adegan Martinus yang tengah meringkus Andina.
“Hebat sungguh hebat,…kejadiannya sangat alami…benar-benar ini akan menjadi sebuah filem pemerkosaan yang hebat”, ujar Frans sambil terus membidikkan kamerannya kearah pergumulan antara Martinus dan Andina.
“Lepaskan…lepaskan saya….”, teriak Andina sambil meronta-ronta.
Tubuh Andina diseret ketengah ruangan oleh Martinus serta Paulus yang kemudian datang membantu. Andina tiada henti meronta-ronta dan berteriak menyumpah-nyumpah serapah namun dua orang lelaki kekar itu dengan mudah mematahkan perlawanan Andina.
“Tenang sayangku….kamu akan jadi terkenal”, ujar Paulus sambil menyeret Andina.
Kemudian Martinus dan Paulus meletakkan tubuh Andina ke sofa, Paulus yang mengambil posisi dibelakang sofa memegangi kedua tangan Andina dengan kuat. Sementara Martinus memegangi kedua kaki Andina.
Ayung, sang lelaki botak yang sedari tadi hanya mengamati kejadian diruangan itu dengan senyum-senyum simpul mulai melepaskan pakaiannya hingga telanjang bulat. Bentuk tubuh lelaki berusia 40-an ini jelek sekali sejelek roman mukanya. Ayung adalah seorang sex maniak sejati. Perutnya buncit badannya penuh dengan tatto, dan yang mengerikan dia memiliki sebuah penis yang berukuran besar yang sepertinya sangat terlatih didalam mengaduk-aduk lubang kemaluan wanita.
Perlahan-lahan dihampirinya tubuh Andina yang meronta-ronta ketakutan, Andina sangat menyadari akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya.
“J…ja..ngan paakk…jjangann..perkosaa saya…”,pinta Andina dengan suara yang tergetar.
Apalah arti dari permintaan itu, dihadapan para lelaki yang telah kerasukan setan itu Andina ibaratnya hanyalah seonggok daging mentah yang siap dimangsa oleh anjing-anjing budukan yang kelaparan.
Dengan santai tangan Ayung menjamah tubuh Andina, diremasnya kedua buah payudara Andina. seketika tubuh Andina menggeliat sebagai tanda penolakan atas perlakuan lelaki kurang ajar ini.
Tangan-tangan Ayung mulai melucuti pakaian Andina, gaun panjang yang dikenakan Andina sangatlah mudah untuk dilepas bagai menguliti buah pisang saja. Sekali tarik saja gaun yang melilit ditubuh Andina itu terlucuti.
“Waaahh…indah sekali tubuhmu sayang…”, bisik Ayung sambil menyeringai.
Diberinya kesempatan kepada Frans untuk membidikkan kamera hendycam-nya keseluruh tubuh Andina yang hanya dibalut bh dan celana dalam warna putih serta jilbab yang masih menutupi rambutnya.
Airmata mulai meleleh membasahi wajah ayu Andina keringat dingin mengucur deras membasahi tubuhnya yang indah itu. Ketegangan dan kengerian luar biasa menyelimuti sang juara favorit Putri Indonesia ini. Matanya terpejam erat tubuhnya bergetar disaat kembali tangan-tangan Ayung menyentuh tubuhnya.
Tangan trampil Ayung kemudian beraksi kembali dengan melepaskan bh yang dikenakan Andina. Sesaat kemudian apa yang ada didada Aninda menjadi pusat perhatian dari para lelaki itu, mereka pun berdesah kagum atas keindahan dua gundukan buah dada Aninda itu. Ukurannya tidak besar tetapi proporsional dengan tubuh Aninda dan kencang. Dengan tangan-tangan kasarnya diraihnya kedua gundukan payudara itu oleh Ayung. Diusap-usap dan diremas-remas….dengan sesekali dipilin-pilinnya kedua puting yang berwarna merah muda itu.
Karuan saja ini membuat tubuh Andina menggeliat-geliat, mulutnya sesekali menganga mengeluarkan desahan-desahan.
Puas mempermainkan payudara Andina kedua tangan Ayung merayap turun kearah pinggung dan akhirnya dengan sekali tarikan dia melorotkan celana dalam putih Andina.
Suasana diruangan itupun semakin erotis, empat pasang mata kembali terbelalak tertuju ke sebuah gundukan indah di selangkangan sang putri. Sebuah kemaluan wanita yang benar-benar terawat, bersih dengan susunan rambut kemaluan yang berjajar rapih mengelilingi liang kemaluannya.
Andina terisak-isak menangis tubuhnya seolah pasrah menerima keadaan namun matanya masih terpejam erat.
“Oh sang putri cantik….,beberapa hari yang lalu aku lihat engkau berdiri tegar disebuah panggung pemilihan Putri Indonesia. Aku masih ingat kau mengucapkan bahwa kau adalah satu-satunya Putri Indonesia yang berjilbab. Aku sangat mengagumimu, tak kusangka kini kau berada didepanku….aku siap mewujudkan impianku untuk menikmati tubuhmu”, ujar Ayung sambil mengusap-usap kemaluan Andina.
“Ja..jangann…pakkk…ammpunnn…jangann…”, pinta Andina sambil menagis.
Tiba-tiba tubuh Andina mengejang…mulutnya menganga seperti mengucap huruf A, rupanya jari tengah Ayung bagai cacing tanah menyeruak masuk kedalam bibir vagina Andina.
“Aaaahhhh…..”, Andina menjerit ketika jari tengah Ayung itu mulai menusuk-nusuk kemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan sementara keringatnya terus mengucur deras membasahi tubuhnya yang masih memancarkan harum wewangian bunga melati itu.
CEP…CEP…CEP…begitulah suara yang keluar dari selangkangan Andina akibat dari cairan kewanitaan Andina yang dengan derasnya mengucur keluar akibat dikobel-kobel oleh jari tengan Ayung. Mata Andina terpejam begitu pula dengan mulutnya yang tertutup rapat berusaha menahan rintihan-rintihan yang akan keluar dari mulutnya.
Berdasarkan pengalaman Ayung, inilah cara yang sering dipakai Ayung untuk menguras tenaga dari sang gadis pada saat memperkosa gadis itu. Dan setelah tenaga gadis tersebut habis terkuras maka dia dapat dengan mudahnya menyetubuhi gadis tersebut tanpa perlawanan yang berarti lagi.
Beberapa saat lamanya jari tengah Ayung mengocok-ngocok liang vagina Andina sampai akhirnya badan Andina terlihat melemah, wajahnya memerah menahan rasa ngilu dikemaluannya.
Setelah mencabut jari tengah Ayung dari liang vagina Andina, Ayung merapatkan wajahnya ketubuh Andina tepatnya dibagian selangkangan Andina. Kini lidahnya yang mulai bermain, masih dengan obyek sasaran selangkangan Andina. Lidah Ayung mulai menyapu-nyapu gundukan kemaluan Andina, dijilat-jilatinya bagian tubuh yang amat pribadi bagi Andina itu.
“Aaakkhhh….” mulut Andina menganga badannya menegang keras ketika lidah Ayung masuk dan menjilati liang vaginanya. “Ssshhh…eeehhh…aaahhh….hhhmmmhh….”, Andina merintih-rintih tubuhnya menggeliat-geliat semakin keras akibat lidah Ayung yang terus menjilat-jilat liang kemaluannya dengan rakus.
Puas menikmati kemaluan Andina kini Ayung dengan lidah yang masih terjulur menyapu tubuh Andina hingga sampai dibagian dada. Kembali lidah Ayung bergerilya didua bukit indah Andina itu, kali ini dibantu dengan kedua tangannya yang ikut meremas-remas keduaaa payudara itu. Dijilat-jilat, dihisap-hisap, digigit-gigit kedua payudara indah yang malang itu oleh mulut Ayung yang rakus itu hingga memerah warnanya.
Setelah itu serangan berganti sasaran lagi, kini wajah Ayung telah sejajar dengan wajah Andina yang membuang muka dari tatapan wajah Ayung.
Diraihnya kepala Andina yang masih mengenakan jilbab itu dan dipalingkannya wajah Andina hingga berhadapan dengan wajahnya.
“Hhhhhmmmm…hhmmmppp”, Andina gelagapan ketika bibir Ayung mendarat dibibir Andina. Dengan rakusnya dikulumnya bibir Andina yang merah mereka itu.
Lama Ayung menikmati bibir Andina, dikecup-kecup bibir gadis cantik itu, dikulum-kulum dengan sesekali memainkan lidahnya didalam rongga mulut Andina.
Andina nampak semakin gelagapan karena kehabisan nafas, betapa tidak ada sekitas 30 menit lamanya Ayung mencumbu bibir Andina.
Terkuras sudah tenaga Andina oleh perlakuan yang diterimanya, apalagi Ayung seolah tak mau memberi ruang nafas kepada Andina. Andina menghela nafas panjang ketika Ayung memberi kecupan terakhir dibibirnya, setelah itu Ayung berdiri.
Nafas Andina mendesah-desah tak karuan antara nafas kelelahan dan nafas kengerian bercampur baur menjadi satu, keringat ditubuhnya deras mengucur membasahi tubuh indahnya yang masih harum mewangi itu.
Tubuh telanjang Andina itu tergeletak lunglai diatas sofa, dadanya kembang kempis meraup udara mengisi oksigen ditubuhnya yang habis terkuras sementara matanya masih terpejam erat.
Ayung kembali menganbil posisi dan merapat ketubuh Andina. Direntangkannya kedua kaki Andina selebar bahu dan setelah itu tiba-tiba…..”Aaaaakkkhhhhhhh……..”, Andina melengking histeris, matanya yang terpejam seketika menjadi terbelalak ketika dirasakan olehnya sebuah benda keras berotot menusuk lobang vaginanya. Ya, batang penis Ayung yang sedari tadi tegak gagah mengacung mulai melakukan penetrasi. Batang penis itu mulai menunjukkan kegarangannya di kemaluan Andina, dengan perlahan-lahan mulai menyusup masuk keliang vagina Andina.
“Ooooogghhhh…..sss…ssakkitt…..aaaaakkhhh…” ,Andina menggeliat-geliat menahan rasa sakit diselangkangannya. Sebuah mahkota kehormatan yang selama ini dijaga dan dirawat secara baik dan akan dipersembahkan kepada seseorang pria pilihannya kelak pada malam pertama setelah menikah ternyata pada saat ini tengah dikoyak oleh seseorang yang sama sekali bukan idaman atau tambatan hatinya bahkan tidak dikenalnya.
Mata Andina merem melek mengeiringi geliatan tubuhnya yang semakin keras, tapi Paulus yang sedari tadi memegangi tangan Andina masih cukup kuat untuk mengatasinya.
Ayung yang menindih tubuh Andina terus berusaha melesakkan batang kemaluannya didalam liang vagina Andina untuk merobek selaput keperawanannya. Tangan kiri Ayung memegangi batang kemaluannya untuk membantu menekan penisnya kedalam liang itu dan tangan kanannya menekan pinggul Andina agar dibagian itu tidak terlalu banyak bergerak.
Dan akhirnya mengucurlah darah segar dari liang kemaluan Andina, pertanda bahwa Ayung berhasil membobol keperawanan Andina. “Aaaaaaahhhh…..”, Andina mengerang keras airmatanya kembali mengucur deras dari sudut-sudut matanya, matanya terbelalak menengadah kearah langit-langit kamar yang menjadi saksi akan hilangnya sebuah keperawanan dari sang putri cantik itu.
Sejenak Ayung membiarkan batang kemaluannya terbenam keseluruhannya didalam liang vagina Andina, dinikmatinya kehangatan dinding-dinging liang vagina Andina yang berdenyut-denyut itu. “Ohh..nikmat sekali kau….”, desah Ayung sambil mengatur posisinya diatas tubuh Andina kedua tangan Ayung memegangi pinggang Andina yang ramping itu.
Mulailah kemudian Ayung menggenjot tubuh Andina, dipompanya batang kemaluannya keluar masuk didalam liang vagina Andina secara perlahan-lahan penuh dengan perasaan.
Sambil menyetubuhi Andina dinikmatinya wajah Andina yang meringis-ringin serta tubuhnya yang bergetar, sejenak kemudian gelora nafsu Ayungpun semakin memuncak wajah Andina yang sedemikian rupa memancing birahi Ayung untuk lebih agresif. Ayung mulai mempercepat irama persetubuhannya atas Andina “Aaakkhh….oohhh…ooouuhh…ooohhh…ooouugghhh. ..”, Andina merintih-rintih seiring dengan gerakan tubuh Ayung yang memompa kemaluannya keluar masuk diliang vaginanya. Gerakannya semakin lama semakin cepat sampai-sampai tubuh Andina terbanting-banting, Ayung pun mulai merintih-rintih mengiringi rintihan dan desahan yang keluar dari mulut Andina, rintihan mereka berdua bersaut-sautan menggema didalam ruang itu dan tentu saja kamera Frans tidak melewatkan adegan ini.
Beberapa menit kemudian Ayung nampaknya akan berejakulasi, tubuhnya menegang keras serta kepalanya menegadah keatas dan “CCRROTT….CCCRRROTT…CCRROOOTT…”, cairan putih kental kemudian muntah dari batang penis Ayung mengisi liang vagina Andina hingga meluber keluar.
“Aaaahhhhhh….”, Ayung melolong , tubuhnya mengejan menikmati puncak kenikmatan yang tiada tara itu. Entah Andina gadis yang keberapa yang telah berhasil dikoyak keperawanannya.
Setelah menyemburkan tetes terakhir didalam liang vagina Andina, tubuh Ayung melemas tinggal nafasnya saja yang berderu-deru berpacu dengan nafas Andina yang terdengar bercampur dengan isak tangisnya.
Ayungpun bangkit dari tubuh Andina, dicabutnya batang penis dari lobang vagina Andina. Puas sudah Ayung melampiaskan nafsu syahwatnya di tubuh Andina.
Entah apa yang terjadi kemudian, tidak ada dalam hitungan menit Martinus tiba-tiba telah berdiri dihadapan tubuh Andina yang lunglai tergeletak disofa tanpa sehelai pakaianpun yang melekat ditubuhnya kecuai jilbabnya yang masih melilit dikepalanya. Rupanya dia sudah mengantri sedari tadi, tubuhnya hitam legam berotot begitupun dengan batang kemaluannya yang sudah mengacung dengan gagahnya.
Tanpa memberi kesempatan buat Andina untuk beristirahat Martinus langsung menindih tubuh Andina.
Dikulumnya bibir Andina dengan ganas, sementara itu kedua tangannya mulai sibuk meremas-remas kedua payudara gadis yang malang itu.
“Hhhmmm…cup…mmmpphh…mmmmhh…cup..cup..mmmph h..”, suara desahan Andina terdengar bercampur dengan bunyi kecupan-kecupan yang berdecak-decak.
“Ooookkhhh…..”, suara Andina melengking tubuhnya yang kembali tersentak akibat liang kemaluannya mulai dijejali kembali dengan batang kemaluan yang kali ini milik Martinus. Dalam sekejap tubuh Andina mulai digenjot, hentakan demi hentakan dari gerakan persetubuhan mengiringi desahan-desahan lembut yang keluar dari mulut Andina “Ooohhh…ooohh…eegghh…hhooohhh…oouuhhh…”.
Keringat mebanjiri kedua tubuh yang berlainan perasaan itu, dimana yang satu dengan penuh gairah yang membara terus melampiaskan birahinya kepada lawannya sementara yang satu lagi dengan perasaan putus asa dan tubuh lemah, pasrah menerima penetrasi dari sang lawan.
Beberapa menit kemudian kembali liang vagina Andina dibanjiri oleh cairan-cairan sperma yang meluap hingga membasahi kedua pahanya. Martinus meregang menggelinjang merasakan butir-butir kenikmatan menjalar disekujur tubuhnya, tubuhnya kemudian melemah lunglai.
Tibalah kini giliran si rambut gondrong, Paulus. Lagi-lagi rintihan-rintihan Andina mulai menggema diruangan itu, tubuhnya kembali diperkosa disetubuhi oleh lelaki yang berumur 40-an ini. Setengah jam sudah Paulus menyetubuhi Andina hingga akhirnya kembali cairan-cairan kental itu mengisi rongga kemaluan Andina.
Andina lemas tubuhnya dibasahi oleh keringatnya bercampur dengan keringat-keringat para lelaki yang memperkosanya tadi sementara selangkangannya penuh dengan cairan-cairan kental hingga kepahanya.
Frans sang kameramen rupanya tak mau ketinggalan, dia nampak ingin melakukan adegan penutup dari filem ini. Setelah menyerahkan kamerenya kepada Martinus kemudian dia melepaskan baju yang dikenakannya hingga telanjang bulat. Tubuh lelaki yang berkulit kuning langsat itu nampak dipenuhi dengan hiasan tatto, sebuah kalung salib emas terlihat melintang dilehernya.
Wajahnya menyeringai melihat tubuh Andina yang tergeletak lemah diatas sofa.
“Sekarang giliranku….”, ujarnya.
Andina hanya bisa menatap Frans dengan tatapan mata yang sendu. Lelaki yang juga aktifis partai politik yang lambang partainya berwarna dasar ungu ini nampak dengan gagahnya berdiri dihadapan tubuh Andina.
Dengan sebuah lap yang telah dibasahi, Paulus membersihkan selangkangan Andina yang tadinya penuh dengan cairan-cairan yang mengental dan kering.
“Ok kamera siap bos”, ujar Martinus sambil mengambil posisi serta mengaktifkan kameranya.
“Silahkan tancap bos….”, ujar Paulus setelah membersihkan tubuh Andina.
Frans mulai action.
Diraihnya tubuh Andina yang lemah tergeletak di sofa.
“Ayo sayang kita main lagi…. Ini akan menjadi filem yang hebat”, bisik Frans sambil membopong memindahkan tubuh Andina kelantai.
Diterlungkupkan tubuh Andina, setelah itu diangkatnya pinggang gadis itu hingga posisinya seperti orang yang sedang bersujud.
Frans mengambil posisi dibelakang tubuh Andina.
Nafas Andina terdengar tersengal-sengal tubuhnya bergetar disaat tangan Frans mengelus-elus punggung Andina yang halus dan lembut itu.
“Kulitmu halus sekali dan putih bersih, kau cantik Andina…., pasti kau tak mau kalau kupersunting menjadi istriku. Makanya kita lakukan saja ini seperti suami istri ya…”, rayu Frans.
Kedua tangan Frans kemudian memegang pinggang Andina.
“Aaaaaakkkkhhh……..ooouuuuuhhhh…..”, sekonyong-konyong Andina melolong keras, tubuhnya yang tadi lemas bersujud seketika langsung menegang keras, kepalanya mendongak keatas disertai dengan matanya yang terbelalak. Rupanya Frans mulai melesakkan batang kemaluannya kedalam anus Andina.
Frans menyodomi Andina.
BLESSSS…dalam waktu yang relatif singkat penis Frans tertanam seluruhnya didalam anus Andina. Setelah itu Frans mulai dengan gerakan menyodok-nyodok kemaluannya didalam anus Andina.
“Oogghh….oohh…aagghh….”, Andina menjerit-jerit kesakitan dengan tubuh menggelepar-gelepar dan mulut yang menganga sementara Frans dengan sekuat tenaga terus menyodomi Andina.
“Wah rapet sekali bo’ol kamu Andina, rasanya enaaakkk…”, ujar Frans sambil terus menyodomi Andina.
Tubuh Andina semakin lunglai lemas, keringat dingin mengucur deras kembali membasahi tubuhnya.
Setelah puas menyodomi Andina. Frans mencabut penisnya dan setelah itu langsung membalikkan tubuh Andina hingga terlentang.
Frans mengarahkan penisnya kewajah Andina dan setelah itu penis Frans yang besar dan perkasa itu disumpalkan didalam mulut Andina.
“Hhmmmppp…..”, Andina kembali tersentak disaat Frans berusaha melesakkan penisnya didalam rongga mulut Andina. Namun apa dayanya tubuhnya telah lemas setelah sekian kali digenjot rame-rame. Andina hanya pasrah disaat kemaluan Frans masuk kedalam mulutnya.
Kedua tangan Frans memegang erat kepala Andina yang masih berjilbab itu, kemudian digerakkannya kepala Andina naik turun untuk mengurut-urut batang penisnya didalam rongga mulut Andina. “Waww..lembut sekali mulutmu, dingin sekali rasanya….aahhh…nikmaattt…”, desah Frans yang sangat menikmati perkosaan itu.
Namun tidak demikian dengan Andina, dengan nafasnya yang tersengal-sengal dia terpaksa mengulum batang kemaluan Frans, mulutnya terlihat penuh dijejali kemaluan Frans sampai-sampai kedua pipinya menggelembung akibat batang penis Frans yang besar itu menjejali mulutnya.
“Ooookkhh…haaahhhhkkhh…”, Frans mengejang keras, wajahnya menyeringai menengadah kelangit-langit ruangan itu, tubuhnya bergetar ketika dia berejakulasi memuntahkan cairan-cairan sperma didalam rongga mulut Andina.
“HHmmmppphh…mmmhhh….”, Andina berusaha melepaskan diri namun sia-sia kedua tangan Frans dengan kuatnya memegang kepala Andina. CRRROOTT…CCRROOT…batang penis Frans terus memuntahkan sperma didalam mulut Andina mengalir deras membasahi tenggorokannya hingga meluber keluar disela-sela bibir Andina yang masih disumpal oleh batang kemaluan Frans.
“Aaahhh…nikmat sekali”, Frans mendesah lega.
Dicabutnya batang penisnya dari mulut Andina, seketika itu Andina terbatuk-batuk dan seperti akan muntah, mulutnya penuh dengan cairan kental sperma bercampur dengan airliurnya sendiri sesekali cairan itu mengalir keluar dari sela-sela bibirnya membasahi pipinya.
Belum puas seratus persen, Frans kembali mengambil posisi diatas tubuh Andina dia akan menyetubuhi gadis itu. Ditekuknya kedua kaki Andina hingga bagian paha menyentuh dada.
“Uuugghh….”, Andina mendesah pelan, mulutnya meringis ketika vaginanya kembali diterobos batang kemaluan lelaki. Frans mulai menyetubuhi Andina.
Mulut Andina hanya mengeluarkan desahan-desahan lemah, tubuhnya lungalai dan lemas bak seonggok daging tak bertulang ketika dia harus terbanting-banting dan tersodok-sodok akibat perkosaan yang dilakukan oleh Frans. Dengan tenaga yang masih perkasa Frans terus menyetubuhi Andina hingga akhirnya berejakulasi untuk yang kedua kalinya. Tubuh Frans menggelinjang nikmat menghantar semburan-semburan sperma yang kembali memenuhi liang vagina Andina.
Kemudian kedua tubuh itupun jatuh lemas tak berdaya, deru nafas mereka berpacu membahana mengakhiri adegan pembuatan filem porno itu. Andinapun kemudian tak sadarkan diri.
Rasa puas didalam diri Frans tak bisa dilukiskan, filem yang bertemakan pemerkosaan ini pastilah akan laris manis karena bintangnya adalah seorang Juara Harapan Putri Indonesia. Segera kawanan crew pembuatan filem itu membereskan peralatan mereka dan merapikan diri.
Waktu menunjukkan pukul 12 siang, merekapun meninggalkan ruangan itu dan pergi meninggalkan tubuh Andina yang masih tergeletak tak beradaya, rumah itupun kembali sunyi sepi.

Tidak ada komentar: